Ketika Air Mata Sedih Jadi Air Mata Bahagia dari Gerakan Kami Peduli
PATI-INDOKATA NEWS ----“ Terimakasih Pak Syarifuddin Tanzil dan keluarga besar Komunitas Kami Peduli dan Hope Family. Tak pernah terbayang oleh saya akan mendapatkan kursi roda sport. Tak pernah. Bermimpipun akan memiliki kursi roda sport ini, tak pernah. Hari ini,saya dapat leluasa bergerak ke mana-mana.Dapat beraktivitas dengan lebih leluasa. Dulu, berat nian rasanya untuk bergerak. Terimakasih Pak Tanzil”, ujar Lilik Heri Purwanto , warga desa Kutoharjo yang mengalami kelumpuhan pada anggota gerak, dimulai dari panggul ke bawah.
Komunitas Kami Peduli dan Hope Family yang diketuai Syarifuddin Tanzil adalah komunitas yang bergerak di ruang kemanusiaan yang konsen dalam kepedulian terhadap penyandang disabilitas.
Pada Sabtu ,16 Agustus 2025 lalu, komunitas ini,untuk kesekian kalinya menyerahkan bantuan terhadap 46 penyandang disabilitas di Pati Jawa Tengah. Bantuan diserahkan di di Aula Dinas Sosial Kota Pati. Bantuan tersebut berupa, kruk, kursi roda sport, kursi roda biasa, tongkat tunanetra dan alat bantu dengar.
“Penyandang disabilitas, butuh kepedulian dari kita semua. Gerakan mereka terbatas.Siapa yang membantu mereka kalau bukan kita? Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan bagi kita.Kebahagiaan mana yang tak bisa diukur dan dinilai dari segi atau jumlah materi. Mereka juga memiliki keluarga. Harapan kita, bantuan ini dapat meringankan beban hidup bagi mereka sehingga membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari”,ujar Syarifuddin Tanzil sosok yang dikenal berhati lapang di ruang ketulusan di noktah kemanusiaan.
“Mungkin karena usia, pendengaran saya menurun drastis. Sehingga, saya hanya merasakan hening. Dunia saya menjadi dunia diam. Dunia saya menjadi dunia yang tak mendengar. Syukur alhamdulillah, bantuan alat dengar dari Pak Syarifuddin Tanzil membuat hidup saya kembali mendengar. Terima kasih,Pak Syarifuddin Tanzil”, kata salah seorang penerima bantuan alat dengar dalam getar suara keharuan dan mata berkaca-kaca Bahagia.
Maka tersebutlah sebuah nama.Syahrul Kurniawan Namanya. Akibat kecelakaan 5 tahun yang silam,Syahrul mengalami kelumpuhan. Ia tak bisa keluar dari kamar dan tempat tidurnya. Lima tahun ia terkurung di kamarnya. Ia seakan tak berani lagi memikirkan dan menatap masa depan dengan segala rasa optimis. Ia sudah berpasrah diri.
Ketika, ibunya masih ada, ia masih sering kontrol Kesehatan. Ia masih terhibur dengan senyum sang bunda yang terus memberinya semangat untuk hidup. Namun, begitu sang ibu dipanggil Yang Maha Kuasa, hidupnya kembali ‘gelap’ dan terkurung di kamar dalam kemurungan hidup tanpa binar.
Hidupnya hanya melamun dan melamun. Hatinya rusuh dan berhiba-hiba menatap masa depan. Matanya, sabak seperti hendak menahan air mata. Ia seperti takt ahu lagi, harus kemana mencurahkan air mata kesedihan.
Kebahagiaannya adalah ketika Kawan-kawannya berkunjung ke maranya.Mereka bergurau.Sepulang Kawan-kawannya, kesedihan akan kesendirian,kesedihan akan kesepian kembali mengurungnya.
Kalau buang hajat besar ia bungkus pakai kantong kresek. Dibuang kalau ponakannya datang. Buang air kecil, di dalam pispot. Sungguh sempit dunianya.
Tapi, begitu Komunitas Kami Peduli dan Hope Family memberikan bantuan kursi roda, hidupnya seakan tercerahkan kembali. Matahari dan bulan yang dulu tertutup jendela, kini seakan-akan meniynari harinya dan menerangi malamnya.
Dunianya, sudah terasa lapang.
Ia bisa keluar rumah dan teras yang sudah lama ia rindukan. Ia bisa menikmati kopi sehangat pagi di teras rumahnya dan ia bisa tersenyum lebar menyambut matahari pagi yang cerah.
“Terima kasih Pak Syarifuddin Tanzil serta Keluarga Besar Komunitas Kami Peduli dan Hope Family. Kini saya benar-benar merasakan nikmat kemerdekaan dalam arti yang sebenar benar merdeka.Semoga, Pak Syarifuddin Tanzil dan keluarga senantiasa berlimpah rezeki dan Kesehatan. Terima kasih Pak”, ucap Syahrul dalam air mata haru yang membahagiakan. (PJ/WJ)