BREAKING NEWS

Wagub Vasko dalam Aksara Budaya Bersama LMB Minangkabau (Catatan : Pinto Janir )




Wagub Sumbar Vasko membubuhkan sebait aksara di logo LMB Minangkabau

------

“ Beri saya masukan. Beri saya kritikan yang melapangkan jalan pikiran.  Mohon,jangan ‘serang’ saya dengan kata  puja puji.  Tak jarang kata pujian berpotensi membunuh jiwa”, kata Wakil Gubernur Sumbar Vasko Ruseimy ketika menerima kunjungan pengurus Lembaga Masyarakat Budaya (LBM) Minangkabau di rumah dinasnya kawasan Flamboyan Padang, Selasa 29 Juli 2025. 


“Walau begitu,  menyimak aksara lisan dan gerakan kebijaksanaan Pak Wagub kita ini, secara personal, sulit pula saya melawan kehendak diri saya sendiri untuk tidak mendiamkan gerakan Pak Vasko dalam merawat tradisi untuk manjago nagari”, kata Syarifuddin Arifin, penyair asal Sumatera Barat  yang namanya dikenal insan sastra di antero nusantara. Syarifuddin Arifin, di LMB Minangkabau, selaku salah seorang pembina. 



Apa jawaban Vasko menanggapi lisan Syarifuddin Arifin, seorang penyair yang mengolah kata dengan segenap rasa? 

“Pada pujian saya gamang.Tapi, pada kritikan hati saya lapang. Yang penting, mari kita saling menasihati dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran. Hidup tak lebih dari  uraian catatan catatan kebajikan, catatatan mana yang akan meninggalkan makna untuk kita wariskan”, Vasko tersenyum dalam kehangatan dan keramahannya yang tak tersurukkan. 

“ Ya, kita harus objektif melihat. Sulit mendustai keadaan. Bahwa kebangkrutan moral di ranah yang sama-sama kita cintai ini sudah menjalar ke dapur dapur keprihatinan moral. Niai-nilai sosial dan etika, diambang yang sangat mengkhawatirkan. Daya rusak narkoba. Sungguh sangat mencemasakan. LGBT seperti merambah halaman rumah gadang kita. Kemajuan teknologi digital menjajah tengkorak kepala dan mengacak acak rasa. Seperti badai, ia menyapu ruang dada kita.Kalau kita tidak lekas mengarifi apa yang terjadi di zaman penghabisan ini, niscayailah bahwa  ruang penyesalan akan mengoyak-ngoyak jantung hati kita”, ujar Ketua Dewan Pembina LMB Minangkabau DR Febby Datuk Bangso, seperti mencabik langit sore yang duka. 


Seperti “malaikat lewat” suasana hening sejenak. Tampak, air muka Wagub menyiratkan sesuatu yang hendak ia muntahkan. 

Barangkali, langit Minangkabau ‘sengaja’ mengirimkan Vasko untuk pulang kampung menyelesaikan noktah kekhawatiran di laksa peristiwa  yang sedang menerpa“bumiku Minangkabau, langitku Indonesia”. 


“ Ya, ini tanggung jawab moral kita semua. Kita tak mau hanyuik sarumpun lanyok sapusako. Maminteh sabalun anyuik, malantai sabalun luluih...”, Wagub yang hangat dalam kepribadian yang santun ini berujar seraya ‘mahambuih panjang’. 

Mungkin saja, ruang dada Pak Wagub, sama sesaknya dengan ruang dada kita menyaksikan kaca moral yang nyaris berderai-derai di Minangkabau ranah nan sama-sama kita cintai. 


“ Gerakan membangun dan merawat tradisi yang digencarkan Pak Vasko wajib kita dukung basamo. Kita tak akan membiarkan Pak Vasco lelah sendiri. Tidak. Tidak akan kita biarkan. Dengan segala ketulusan, LMB Minangkabau menjulurkan tangan untuk bergerak bersama-sama membangun Minangkabau.Membangun Sumatera Barat. Pak Vasko, ini tangan kami....”, Ketua Harian LMB Minangkabau menjulurkan tangannya ke Vasco. Penuh kehangatan, Hasnul dan Vasco langsung berjabat tangan erat. 


Jabatan tangan Hasnul diikuti oleh Penasihat LMB Minangkabau  Tuanku Muhammad Yusuf , salah satu keturunan atau ahli waris dari kerajaan Pagaruyung . Tuanku sangat konsen dalam upaya pelestarian adat dan budaya Minangkabau, termasuk sejarah Kerajaan Pagaruyung. 

“Tak ada kata telat. Ambo sepakat dengan Pak Wagub, malantai sabalun luluih, maminteh sabalun hanyuik”, kata Tuanku dalam diksi penuh arti. 


Publik dapat menyimak, begitu pasangan Mahyeldi dan Vasko dilantik memimpin Sumatera Barat, pasangan ini bergerak cepat. Mereka bagai sepasang sayap yang saling menguatkan. Mereka bergerak dengan hati,bergerak dengan rasa optimis dan cinta negeri. Tak terpatah oleh klasikal “penghematan anggaran’ dan tak tersurutkan oleh ‘tipisnya APBD”. 


“Tak mungkin kita bergerak menunggu APBD”, ujar Wagub Vasco dalam senyum kejayaan. Dengan gencar, Vasko mengarak langkah kakinya ke berbegai pelosok nagari. Tiap berkunjug, ia buka ruang dialog dengan ninik mamak, cadiak pandai,bundo kanduang , pemuka masyarakat dan sejumlah tokoh. Ia buka pintu rumah dinasnya “24” bagi insan-insan yang menawarkan jalan pikiran untuk kebajikan bagi nagari dan negara. 


Ia bergerak merawat tradisi. Ia paham dengan konsep kesurauan. Ia dorong nagari-nagari menghidupkan sanggar seni dan tradisi. Ia motivasi masyarakat. Ia tempatkan dirinya, bagai lembaga untuk diskusi dan berlaksana. 

Ia hidupkan silek. Ia terjemahkan dalam pemahaman hati tentang filosofi “adaik basandi syarak-syarak basandi Kitabullah”. Ia bangkitkan nilai-nilai leluhur.


 “Ajaran kebajikan dari leluhur jangan sampai di hati menjadi luntur.Sekeras dan sekencang serta sekuat apapun badai globalisasi menerjang dunia, namun kepribadian kita sebgai orang Minangkabau tak boleh lekang oleh panas dan jangan sampai lapuk oleh hujan. Adat dan tradisi adalah salah satu tanda kita sebagai orang Minangkabau. Jangan lenyap.Apalagi dilenyapkan. Bersama kita menjaga. Kekuatan bangsa dan ketahanan budaya adalah perekat dang penguat nagari, bangsa dan negara”,ulasnya. 


“Soal budaya adalah soal yang menyeluruh. Soal yang serta merta di kamar karsa pikiran dan hati.Soal yang serta merta di ruang  cipta rasa yang penuh tenggang rasa dengan segala kepedulian menyeluruh.Bersama kita menjaga.Bersama kita merawatnya. Elok nagari dek panghulu, elok musajik dek tuangku, elok tapian dek nan mudo, elok rumah dek bundo kanduang...”, kata Wagub Vasco dalam bahasa kesejukan !


Mendengar itu, salah seorang Wakil Ketua LMB Minangkabau, budayawan Rizal Tanjung menyimak dengan saksama. Ia langsung menyalami Vasco dalam ketulusan dengan bahasa tubuh kenyataan. “ Satu kata. Satu bahasa.Satu pandangan. Bersama kita bergerak. Merawat tradisi,menjaga negeri. Bersama kita tegakkan marwah Minangkabau tacinto”, ujar Zal Tanjung. 

 “Kita sepakat !” Jeff, salah seorang Wakil Ketua LMB Minangkabau seakan tak mampu lagi bicara apa-apa. “ Dialog bernas. Energi kebudayaan menyala di sore ini. Biar saya kutipkan sepotong sajak Leon Agusta, bila tak ada kata terucapkan, sedikit senyum kan jadi bulan dan matahari....” ujar Jefenil,perupa yang berlatar pengacara. 


Sebelumnya, Ketua Umum LMB Minangkabau Pinto Janir, mengenalkan satu persatu pengurus LMB Minangkabau kepada Wagub Vasko. Penghabisan kata dari pertemuan itu adalah ketika Sekretaris LMB Minangkabau menyodorkan bentuk logo dari LMB. Yakni, pucuk rabuang. “Ketek paguno,gadang tapakai. Katikok ketek bisa diasuang, katikok gadang manjadi batuang dan mengayomi.Begitulah filsafat oucuak rabuang “,kata Aprimas seraya memperlihatkan logo yang ia rancang. 


Tampak Wagub mengamati, lalu dengan spontan beliau meminjam pena Sekretaris Dinas Kebudayaan Yayat Wahyudi yang hadir dalam dialog itu. 

“ Bismillah...Semoga LMB Minangkabau dapat menjadi barometer budaya yang ada di Ranah Minang—29-7-2025 ---Vasko Ruseimy”. (*)

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image