Kekuatan Empati Guru dan Siswa SMAN 14 Padang, Patut Diteladani : Urang Manangih, Awak Sabak!
Begitu Kepsek Drs Evidel usai pidato di Senin yang penuh haru dalam duka itu, dua siswa tampak menyodorkan kardus untuk mengumpulkan sumbangan yang akan diserahkan kepada keluarga Safira, Nazilla dan Izati.
------------
Catatan Rasa : Pinto Janir
Empati adalah kunci dasar membuka pintu kecerdasan sosial dan emosional.
Minangkabau adalah nagari yang hidup dan tumbuh dalam budaya kebersamaan.
"Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang" atau versi lainnya seperti "nan barek makanan bahu, nan ringan makanan jinjiang".
Urang manangih , awak sabak!
Inilah praktik pendidikan ( pedagogik: ilmu membimbing anak) yang benar benar tercermin di SMA Negeri 14 Padang.
Saya simak di akun FB Smanpabel hebat. Tampak kepala sekolah sedang berpidato di upacara Senin (6/10) pagi di halaman sekolahnya.
Ada dua topik utama dalam pidatonya itu.
Pertama, bahwa sekolah merasakan kehilangan dan duka yang sangat dalam atas berpulangnya ke rahmatullah dua siswa terbaik smanpabel. Yakni: Safira dan Nazilla. Sementara, salah seorang siswi, Izati masih dalam perawatan di rumah sakit.
Tragedi kecelakaan telah melukai Izati dan merenggut nyawa dua siswi yang elok dan santun pada guru dan orang tua itu.
Motor yang mereka kendarai menabrak truk yang sedang parkir di pinggir jalan.
Pak Kepsek, Drs Evidel menyampaikan duka yang dalam dan keluarga yang ditinggalkan sabar dan tabah menghadapi musibah ini.
Kemudian, dipimpin Kepsek, mereka mengirimkan al-fatihah kepada Safira dan Nazilla serta berdoa untuk kesembuhan Izatti.
Kemudian, saya simak pidato Pak Kepsek. Ia sampaikan kabar gembira dalam wajah sabak. Tampak, Pak Kepsek sulit menyembunyikan duka di hatinya.
Kabar pertama, soal kehilangan. Kabar kedua, soal mendapat.
Kabar gembira itu adalah, ketika di final, tim futsal SMAN 14 Padang mengalahkan tim SMAN 2 Padang, Minggu (5/10) di lapangan GOR UNP . Skor telak: 3-1.
Dengan begitu, Tim Futsal SMAN 14 Padang berhak mewakili Sumbar di kejuaraan futsal pelajar tingkat nasional yang akan dilangsungkan di Jakarta.
Pada pertandingan final itu pemain tim futsal SMAN 14 Padang mendapatkan penghargaan untuk berbagai kategori: Daffa Alitma (Top Scorer), Revan Septia (Best Goal Keeper), Fikri Al Ghifari (Best coach).
Seusai Pak Kepsek Pidato, tampak beberapa siswa maju ke depan dengan membawa kotak kardus berbungkus putih.
Dengan spontan, Kepsek mengeruk isi dompet dan memasukkan ke kardus itu.
Kemudian, dua siswa tersebut berjalan ke barisan guru. Tampak, ibu dan Pak Guru merogoh isi sakunya.
Sementara, dengan spontan, di barisan siswa, para ketua kelas menjalankan "kardus sumbangan" itu ke barisan kawan sekelasnya.
Terdengar ilustrasi lagu " Cahaya dalam Ingatan" yang saya ciptakan, khusus sebagai ekspresi tanda duka pada Safira dan Nazilla mengiang di Senin pagi itu.
Saya memang dekat secara emosional karena beberapa kali membina siswa smanpabel berliterasi sastra dan jurnalistik sekolahan.
Terakhir, dua bulan silam , LMB Minangkabau yang saya ketuai menjalin kerjasama dengan BNNP Sumbar dan SMAN 14 Padang mengadakan kegiatan seni dan budaya bergawe literasi budaya dan sosialisasi bahaya narkoba .
Sekali lagi, saya salut pada rasa kebersamaan dan empati yang tertanam kuat di hati siswa yang notabenenya adalah Gen Z.
Saya simak di beberapa peristiwa yang menimpa beberapa sekolah dalam kejadian yang mirip, terkesan tidak sekuat sabak dan duka yang tercermin di Smanpabel.
Dan, rasa empati yang dipraktikkan siswa smanpabel patut diapresiasi dengan dua jempol sekaligus...
" Hanya sumbangan ini yang dapat kami berikan pada keluarga sahabat kami: Safira, Nazilla dan Izati yang sedang dirawat. Kami merasa kehilangan dan duka yang dalam", kata Ira , siswi yang pahibo.
Saya dapat informasi dari Wakasek Kesiswaan SMAN 14,Buk Mita, sumbangan dengan menjalankan kardus itu, direncanakan berjalan selama 4 hari.
" Begitu maunya siswa kita. Kata mereka, masih ada teman teman yang ingin terus melaksanakan biar agak badaso sangenek buk", Buk Mita mengutip kembali perkataan siswa.
Saya dapat kabar, bahwa Safira, Nazilla dan Izati hidup dan tumbuh dalam kehidupan sederhana.